Selasa, 24 Juni 2008

sekolah aku;

dunia itu sekolah
tempat belajar;
belajar dari setiap kejadian
setiap fragmen hidup
setiap rasa
setiap detak hati

dan
rumah ini adalah ruang kelas kita
aku muridnya,
sedang istri, anak, ibu mertua, mbak jum... adalah guru-guruku

di rapor-ku banyak angka merah
namun guru-guruku tetap sabar
bimbing aku saat aku gamang,
memaafkan aku saat aku lalai,
mengisi aku saat aku kosong....

terima kasih dan maaf;

Senin, 02 Juni 2008

kenny G

(setiap dengarkan musik ini, selalu saja aku dapatkan mimpi yang nyaris sama.....)

adalah senja,
warnanya jingga,
ada taman yang sepi
di tengahnya sumur tua
dengan genangan mata air yang tenang

ada wajah aku di dalamnya,
wajah aku yang kadang nampak bocah
kadang nampak begitu tua

belalang terbang lalu lalang
hinggap di pucuk duka
lalu melompat di ujung kepedihan
dedaunan gemuruh
sesaat setelah angin bercanda dengan mentari senja
dedaunan bernyanyi
lagu sedih
tentang hening yang tiba-tiba saja, mencekam;

pada gerak ranting terbawa arus
pada gelak tawa di tengah rapat....
ada nada yang tepat,
senafas dengan riak-riak kecil di pematang
seirama dengan torehan mata pisau di ulu hati

dan lagu itu
begitu teduh
mengalun di hampir seluruh
aliran darah-ku

pada dedaunan terbang bersama angin
pada senyuman terbit bersama kerlingan
pada kedukaan yang tersimpan dalam...
...... kuhaturkan persembahan ini
serangkaian nada
dalam alunan saxophone
menyirami kita
dengan penuh.....
dengan penuh rasa;

buat bang Bahren dan teh Hilda, (kutulis waktu masih tinggal di Kalibata)

Pada mulanya, ini tentang air hujan. Ketika di suatu pagi, aku terjebak hujan di terminal Kampung Melayu. Jalanan penuh genangan. Menungggu hujan reda, di bawah jembatan layang Casablanca, aku berfikir tentang banyak hal. Tentang perjalanan ini. Begitu banyak yang berubah.
Berbicara tentang perubahan, aku selalu ingat kau. Karena proses itu dimulai dari pertemuan kita. Hiks.. jadi ingat, bagaimana dulu aku begitu bersemangat. Selalu asyik membawa tema-tema baru untuk diperdebatkan. Aku memang anti kemapanan. Dan aku bangga -saat itu- dengan gaya asal beda itu. Setiap berita di Koran pagi, aku analisa dengan gayaku. Bahkan beberapa nilai-nilai ajaran agama aku coba kaji dengan logikaku sendiri. Masih ingat betul, bagaimana dulu kita berdebat seru tentang tidak perlunya syarat wali nikah untuk mempelai wanita. Hehe…

Setiap kali aku memancing tema-tema yang seru untuk diperdebatkan, kau tampak tidak suka. Bahkan kadang sengaja mengalihkan arah pembicaraan. Walaupun esoknya, kau bawakan aku buku, majalah, ataupun hanya secara lesan kau bacakan aku ayat atau hadits sehubungan dengan tema yang aku permasalahkan. Kadang aku jadi malu, karena jawabanmu itu sangat mengena dan secara rasional memang lebih tepat. Padahal kau menyampaikannya dengan hati-hati agar tidak menyinggungku atau terkesan menggurui. Aku merasakan itu.

Semakin hari, semakin dalam aku hanyut pada arus pemikiran baru…. Seakan ada energi baru dalam isi kepalaku. Dari buku-buku yang sengaja kau bawakan untukku, dari makalah-makalah agama, juga dari sikapmu yang sungguh membuat aku malu. Selama ini aku sadari lebih sering sekedar belajar tentang Islam dari pada menjalani Islam. Ternyata Islam bukan sekedar ilmu melainkan penataan hidup yang benar-benar lengkap. Sejalan dengan itu, aku mulai aktif berinteraksi dengan teman-teman seperjuangan…mulai mengurangi sekedar berkata-kata, melainkan berbaur dalam kerja nyata. Kadang kau ajak aku ikutan bakti sosial, bikin bazaar sembako murah, ikutan demonstrasi bareng mahasiswa, juga mulai rajin ke masjid untuk sholat jamaah -sesuatu yang sebelumnya jarang aku lakukan- hmm… aku memang berubah.

"Islam adalah sebuah system universal yang lengkap (komprehensif, totalitas, dan integral) mencakup seluruh aspek hidup dan kehidupan. Islam adalah negara, bangsa dan tanah air, pemerintahan dan rakyat. Islam adalah akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan. Islam adalah kultur dan perundang-undangan, sains dan hukum. Islam adalah materi, usaha dan kekayaan. Islam adalah jihad dan dakwah, tentara dan ideologi, sebagaimana juga Islam adalah aqidah yang murni dan sekaligus ibadah yang benar…."

Aku bahagia bisa terus ber-Islam bersama dengan saudara-saudaraku dalam jama'ah ini. Bagaimanapun juga, jazakumulloh…. Akhi wa ukhtiii….(khus: ntuk abang dan teteh, syukron katsiron..)

Hujan belum juga reda, aku berlari-lari kecil… mengejar mikrolet M16, dengan semangat baru -alunan nasyid "Tekad"nya Izzis dalam dada- teringat ada dua (waktu itu bunga belum lahir) mad'u menunggu di rumah, wajibat utama yang harus aku selesaikan. Semoga….

berbicara sendiri...

Selalu saja terasa berat, tinggalkan kebiasaan yang berdalih keniscayaan. seperti gerak hati, yang sering kita bela "wajar dong, kalau hati itu berbolak-balik" atau... dengan kalimat "iman-kan kadang bertambah kadang berkurang..." walau sesaat kita juga sadar, bahwa istiqomah adalah implementasi keimanan. bukti nyata bahwa kita telah membenarkan dalam hati, menyatakan dengan lesan, dan siap mengamalkan dengan segala rukun2 yang disyaratkan.

Namun bagaimana harus memulainya?? setiap aku berazam untuk meninggalkannya, justru yang muncul kesempatan untuk mengabadikan kemaksiyatan. bahkan kadang, secara tak sadar... aku membangun suasana yang mendukung untuk memberi ruang pada kemaksiyatan itu datang bertandang. Hingga hari ini, aku ingin mengakhirinya... bantu aku ya, aku takut tidak sanggup abaikan godaan... kau tahu, aku sering memanjakan hati, hingga syetan itu tak mudah mati dalam hati...

Malu juga ya, sejak dulu masalah yg timbul adalah kesenjangan antara ilmu dan amal, yg dipahami dan yg dijalani berbeda... sedih!!

inget suroh Ash-shof ayat 2-3, dosa besar di sisi Alloh, mengatakan sesuatu yang tidak dilakukan...

(2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Lalu bagaimana??

butuh strategi, sikap, dan sistem yang kondusif.

Strateginya: pake analisa SWOT, karena kelemahanku di hati yg gampang goyang kanan kiri... so kudu disiplin, jangan abaikan dosa2 kecil, karena itu pintu ke arah dosa2 yg lebih besar...

Sikap: butuh tekad yg lebih kuat. untuk berkata: TIDAK kepada kemaksiyatan dalam bentuk apapun. Hindari ruang dan kesempatan untuk kembali kepada kemaksiyatan, jangan malah ciptakan kesempatan.

Sistem: kembalikan komunikasi keluarga yg kondusif, perbaharui cinta pada istri, ambil simpati istri... jangan sekedar sibuk mencintainya...

Semoga sukses, Put!!!

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...