Senin, 23 Februari 2015

Bismillah

Cinta dan Sayang-Mu meluas dalam ruang dan kekal dalam waktu....

Demikian saat terlantunkan Asma-Mu di setiap mula kami.

Seperti badai kesejukan yang dahsyat menampar masalah apa pun....
Bahkan sakit yang teramat sangat saat maut menggigit perlahan sekujur jasad.... itu pun dapat dijalani dengan senyuman.

Nama-Mu demikian sakti meledak dalam dada, ciptakan bahagia yang tak terhingga....
aku kecil tenggelam dalam lautan puja puji untuk-Mu.

Kau aku cinta....
..dan terus kupaksakan cinta ini menguasai hatiku saat berdebar menghadapmu:
dalam sholat dan sabar
juga dalam detik-detik akhir hidupku.

Kau.

Jumat, 20 Februari 2015

tentang tahu diri (3)

Semalam dalam diamku, sebagai bagian dari proses tahu diriku... aku menemukan cara yang mungkin bisa menyelesaikan kegelisahanku. Adalah dengan membongkar semua rasa tak nyaman di hati. Lalu mengurainya perlahan. Dan akhirnya melepaskannya dengan mengikhlaskannya.

Ada bayangan kegagalanku di masa lalu, atau justru bayangan kegagalanku di masa depan. Juga tentang dendam, iri, prasangka dan sikap-sikap hati negatif lainnya.

Aku bongkar atas sikap-sikap hati tersebut. Aku kunyah pelan-pelan. Untuk lalu aku relakan. Aku ikhlaskan.

Beban akan terasa ringan jika kita relakan ia lepas. Menyimpannya berlama lama hanya akan membuat kita tersiksa.

tentang tahu diri (2)

Ini seperti pegas, ditekan dulu lalu akan terdorong kuat ke depan. Berawal dari kesadaran atas kelemahan maka kita bersiap hentakkan energi diri melesat menjadi hebat. Semakin menunduk, semakin kuat dorongannya.

Seperti menahan nafas lalu alirkan tenaga dalam ke seluruh tubuh. Menjadi demikian kuat memukul dan menangkis dalam bela diri.

Membuka kembali kitab tahu diri, lalu banyak membaca banyak kelemahan diri adalah cara mendorong kekuatan diri muncul secara lebih maksimal.

#tahudiri

Senin, 16 Februari 2015

Rejana malam

Daun pintu terayun
angin berhenti persis di depan lubang hidung
suara menggantung
nada meraung

Malam menyelam
suara gelas diletakkan di atas meja kaca
kau bersenandung
katak menangisi mendung

Kata meronta dalam sepi
mencari gendang telingamu
atau sekedar tangkap nafasmu
jika kata itu tersaji dalam tulisan,
berharap ternikmati oleh retina matamu

Kau pada gulita rinduku
aku mengerjap kerjap
mencari sekedar percikan basa basi pedulimu
mencari sekedar kerelaanmu untuk aku lumuri sekujurmu dalam tatapku....

aku mengendap endap
bersembunyi dari senyap
yang mengunyah lahap
setiap mimpi hingga lenyap
.... tak berbekas

Moksa.

Poetoe, Februari 2015

Jumat, 06 Februari 2015

Cinta itu sederhana

Cinta lebih tersampaikan dengan bukti.
Meski perhatian itu tak diketahui olehnya.

Terkadang upacara sebagai kemasan itu justru menggerus isi. Substansi terkadang tersamarkan oleh simbol.

Cinta sejatinya sederhana. Para penyairlah yang merumitkannya.

Tentang Tahu Diri

Membuka kitab "tahu diri" itu seperti bercermin dengan sungguh sungguh. Mengumpulkan data dan informasi tentang diri dari banyak sumber. Entah itu celaan, cacian, kritik pedas, penilaian objektif, apresiasi, sanjungan juga pujian. Aku letakkan di meja belajarku. Aku baca satu satu.

Tentang aku yang terlalu banyak bicara, cepat berkomentar, mengatakan kata-kata yang menyakiti hati dengan ringannya, tidak disiplin, sering lari dari masalah saat merasa tak bisa selesaikan, malas, dan sering tidak fokus.

Juga tentang aku yang banyak ide, suka terhadap hal hal baru, berani tampil, percaya diri di depan umum, terkadang berani out of the box, dan punya gaya konunikasi yang lumayan.

Selain tentang diri, aku juga perlu memfirasati kondisi di luar diri. Apakah mendukung diriku untuk terus berkembang? Atau untuk dapat mengurangi hal-hal burukku? Juga menambah hal-hal baikku?

Sehingga perjalananku terasa berisi dan tetap ceria.

Lalu sampai proses "tahu diriku" saat ini?

Mungkin aku sudah memahamiku separuh diriku. Analisa SWOT. Kelemahan dan kekurangan juga faktor eksternal berupa hambatan dan peluang.

Aku mulai belajar mengurangi kecepatan gerakanku, aku tambahkan variable pada kondisiku.... beberapa unsur kerentaanku.

Mungkin memang baru sampai pada pembahasan tentang tahu diri. Dan aku harus membangun perlahan informasi bahwa aku memang sudah tua. Sudah harus bijak memenej sisa energi, setelah sebelumnya sibuk mengoptimalkan potensi energi yang belum terpakai.

Semangat evaluasi diri.

Kamis, 05 Februari 2015

Selamat bernafas

Hai....
Aku berhasil menangkap hangat matahari
...dalam semburat yang tak jelas.

Menangkap lalu melepas
Seperti nafas, menghirup lalu menghembus

Mau lari kemana aku jika sedih itu demikian pandai menghantui.
Yang mungkin justru aku rebah pasrah
Dalam cengkeraman duka yang tak jelas
Terlahir oleh bahagia yang didustai atau
.... kehilangan yang tak seharusnya.

Selamat bernafas.


terbang

Sini sebentar....
akan aku perlihatkan bagaimana langit bisa menelanmu
lihat saja ke atas
sebentar lagi awan jadi merah
merah bukan karena marah
namun waktu yang meniscaya

Benarkan
kau mulai rasakan kah
dinginnya mengunyah kesadaran
pekatnya menggigit keheningan....

Sudah lelah?
berbaringlah jika begitu
kau akan tenggelam dalam imaji senja
menyelam dalam sunyi yang gulita
seperti tak ada lagi tadi seperti tak ada lagi nanti...



Rabu, 04 Februari 2015

Energi potensial rindu

Terbatasi itu menjadi energi. Iya, energi potensial. Karena saat tertahan ada energi gerak yang menjadi diam, menunggu momentum untuk bergerak. Entah mengubah arah atau perlahan mendobrak batas. Saat penuh batas maka sebenarnya kita sedang mengumpulkan energi.

Seperti seni di dunia Islam yang mendapatkan batasan dalil tentang lukisan dan patung justru melahirkan karya seni rupa yang lain berupa seni tata ruang dan bangunan yang luar biasa. Juga seni kaligrafi. Energi kreasi yang terbungkam terkadang menjadi energi untuk berkarya yang lebih indah.

Mungkin demikian halnya tentang rindu, tertahannya sebuah pertemuan akan melahirkan rasa rindu. Semakin ditahan ia malah semakin dahsyat. Dan cara mengobati rindu juga membutuhkan energi kreatif yang giat mencari ruang saat kesempatan bertemu itu terus terbendung.

Demikianlah mungkin bagaimana rindu terlahir dan digemari.


tentang Waktu dan kesempatan

Waktu ada karena pergerakan benda-benda di semesta. Bumi berputar menjadi siang dan malam, bulan mengelilingi bumi menjadi hitungan bulan, juga bumi mengelilingi matahari menjadi hitungan tahun.

Lalu manusia meperdetail lagi hitungan atas waktu itu hingga jam, menit, juga detik. Hitungan waktu itu menjadi demikian penting karena tak ada waktu yang terulang. Semua akan berlalu saja jika kita lengah.

Bagaimana dengan kesempatan?

Kesempatan itu adalah waktu dilihat dari sisi subjek manusia, dengan ditambahkan unsur kemanfaatan atas waktu. Sehingga waktu terus bergerak saat subjek manusia lengah ia akan kehilangan kesempatan.

Karenanya seperti firman-Nya dalam surah Al-'Ashr, bahwa pastilah manusia merugi karena bergeraknya waktu, kecuali:
1. Beriman pada Sang Penguasa segalanya.
2. Beramal profesional sehingga berhati-hati, untuk terus berproduksi dalam kemanfaatan melampaui waktu yang ia jalani.
3. Saling mengingatkan dalam kebenaran (isi) dan saling mengingatkan dalam kesabaran (cara).

Semoga kita tak masuk dari mereka yang merugi karena waktu...

Aamiin.

tentang Sederhana dan Rumit

Kegenitan dalam berpikir terkadang akan membawa kita pada kerumitan yang mungkin tak perlu. Dan rumit itu hanya melahirkan kelelahan. Mungkin itu nasehat yang cocok untukku. Agar jalani semua ini dengan lebih sederhana.

Seperti Kitaro yang mampu membuat komposisi musik yang indah dan megah dari sekedar tiupan pada rumah kerang. Sama kuat dan muatannya namun terkemas dalam simbol-simbol sederhana.

Demikian pula cinta tak harus tersampaikan dalam kata-kata indah pada bait puisi melainkan cukup dengan tatapan lekat, atau bahkan sekedar lirikan sekejap penuh makna. 

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...