Rabu, 28 Oktober 2015

Menjaga kualitas amal

 Mungkin sikap hati yang salah setelah satu amal kebaikan yang telah kita lakukan akan merusak bangunan pahala dan balasan atas kebaikan itu. Godaannya bisa berupa perasaan kita telah banyak berkorban, atau berupa anggapan bahwa orang lain tak bisa lakukan apa yang telah kita lakukan, bisa pula perasaan bahwa orang lain tidak melakukan apa apa, bahkan cenderung memanfaatkan kita.

Namun bisa pula godaan itu berupa sikap sakit hati saat dituduh tidak lakukan apa apa, padahal kita merasa telah lakukan banyak hal. Sakit hati ini bisa menjadi bukti bahwa kita melakukan kebaikan itu hanya semata - mata berharap sanjungan, pujian atau sekedar pengakuan dari orang lain. Betapa rumitnya penyakit hati ini.

Perjalanan menyelamatkan amal kebaikan ini hingga ke hari penghitungan amal itu memang tak mudah. Kita harus jeli dan hati-hati dalam membaca gerak hati kita. Kita butuh panduan juga teman, untuk saling mengingatkan. Lalu setiap ingin lakukan sesuatu, lakukan saja, jangan berharap apa pun. Tentu kecuali harapan keridhoan dari - Nya.

Semoga kita bisa bersama selamat dari jebakan penyakit hati ini.

Poetoe, 26 Oktober 2015

Senin, 26 Oktober 2015

Enam belas tahun kita

Enam belas tahun bersamamu, adalah masa pembelajaran yang indah. Aku membacamu kau membacaku. Nilai kita mungkin berbeda, kurasa kau lebih unggul, karena berhasil  mengertiku dengan baik.  Justru aku yang masih terbata-bata mengeja tentangmu.  Padahal bukan karena kau rumit, melainkan aku yang tak cukup kesungguhan. Maafkan aku.

Enam belas tahun, aku bertekad lebih serius belajar. Jika ini bangku sekolah, bukankah kita sudah sepantasnya lulus sarjana?

Padahal semestinya mudah, karena kau telah contohkan, seperti saat betapa jelinya kau membaca rahangku yang sedikit mengeras,  lalu kau usap punggungku dan bertanya "ada apa?" Kau memang tak pernah memberi aku ruang untuk sekedar menyimpan rasa sebel untukmu. Tak pernah terbersit, karena hari-hari yang terlalui hanyalah rangkaian perhatian, ekspresi sayang,  dan pemakluman atas keliruku.

Enam belas tahun, aku hanya bisa ungkapkan betapa syukur ku telah memilikimu,  dan terima kasih atas hari-hari indah ini.

Poetoe, 25 Oktober 2015.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Semenjana dalam bahagia

Mungkin bahagia itu bersembunyi pada ketidakterlaluan. Karena saat terlalu kita nikmati pasti ada kepedihan  yang bersiap menyerang kita. Seperti pesan langit, untuk jangan terlalu mencinta karena bisa jadi yang kau cintai itu buruk untukmu; demikian juga jangan terlalu membenci karena bisa jadi yang kau benci itu baik untukmu.

Dalam praktiknya ini tak mudah. Tetap saja untuk lebih menikmati kita butuh susana yang ekstrim. Seperti alunan chorus dalam lagu yang biasanya gunakan nada yang sangat berbeda, kontras dan tajam.

Rasanya umur juga yang akhirnya mengajari,  bahwa tetap paling nyaman nikmati apapun itu pada batasan ketidakterlaluan.  Semenjana. Jalani hari dengan tenang, miskin oleh gejolak. Seperti berjalan di kurva ekuilibrium,  hasil tarikan dari dua sumbu yang bertentangan.  Lebih seru, karena dalam kendali dua tarikan itu lebih terasa posisi hati kita. Jika pun ada gejolak, semoga gejolak itu gejolak yang telah terprediksi dengan rapi.

Demikianlah, yang aku pelajari hari ini. Saat mengemudi keluar kota, bermain dengan irama gas dan rem, juga selalu pertimbangkan kecepatan dan kekuatan mataku untuk tetap tak terpejam. Semenjana. Berusaha tetap dalam ketidakterlaluan.

poetoe, bekasi - bumiayu,  10 Oktober 2015.

Jumat, 09 Oktober 2015

Mukjizat Bacaan

Mengapa nabi kita dibekali oleh-Nya dengan mukjizat "Bacaan Mulia", berbeda dengan mukjizat nabi Musa as, dengan tongkat yang dapat berubah menjadi ular dan membelah lautan, atau pun nabi Isa as yang dapat hidupkan kembali orang yang mati. Karena nabi diutus kepada umatnya dengan bahasa umatnya, dan mungkin di jaman kita memang bukan lagi jaman sihir dengan tongkat melainkan sihir kata-kata.

Seperti slogan kemerdekaan kita dulu "  merdeka atau mati" seolah menyihir para pejuang menjadi pasukan berani mati. Juga kata kata para motivator yang menjadi penyemangat,  bahkan para manajer rela bayar mahal mereka agar bisa membakar semangat kerja para karyawan. Demikian halnya para penyair yang bermain  dengan kata-kata hingga tak sedikit para penggemarnya mabuk kepayang.

"Bacaan Mulia" adalah firman Allah,  teks langit yang disiapkan sebagai petunjuk untuk kita. Semestinya memang selalu diulang ulang dibaca, agar energinya menjadi panduan untuk terus dalam kebaikan dan kebenaran. Dan bukti petunjuk ini demikian nyata, seperti ustadz di dekat rumahku yang hafal Quran,  hafalannya membimbing dia untuk dimudahkan dalam berpikir, ia kuliah dengan nilai terbaik, bahkan saat ini sedang menikmati beasiswa Doktor di luar negeri. Hafalan atas bacaan mulia itu menjadi seperti mozaik yang telah utuh di rongga kepalanya.

Lalu masih perlukah kita sibuk bermain - main dengan kata-kata yang kita gubah sendiri, lalu kita sematkan dengan keindahan rima kata dan makna yang kita anggap bernas. Kalimat kita itu lalu kita berhalakan,  seolah slogan hidup yang mengikat kita. Bisa jadi kita sedang mengikatkan rantai belenggu yang tak perlu, karena bahkan Tuhan pun tak mengikat kita dengan belenggu sebanyak itu.

Jangan - jangan kita sedang tersesat dalam rimba kata kata yang sengaja kita berhalakan . Jika benar, ini masalah serius, karena ini perkara keimanan.

Semoga kita selamat,  selalu dalam pelindungan - Nya.

Aamiin.

Poetoe,  9 Oktober 2015.

Selasa, 06 Oktober 2015

Kala

Setiap memergoki matahari senja melotot, yang terpikir olehku adalah bagaimana waktu memigura kita. Tersadar bagaimana kenangan itu bisa menyelamatkan kita dari kelelahan hari ini, juga kegelisahan saat hadapi esok hari.

Kau menjadi bagian nada dari komposisi cerita ini, kau yang lalu lalang di teras ingatan....

Kau bersihkan jelaga hariku  dengan usapan tabir lalu yang mengkini....

Lalu apa

Bergumam hariku tentang luka. Berdendang waktuku tentang kebingungan atas ruang.

Dan jika akhirnya nada kembali pada birama.... kita sepi. Sangat sunyi.

....

poetoe / 6 Oktober 2015

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...