Selasa, 20 Juni 2017

Bagaimana Ramadhanmu tahun ini?

Bagaimana Ramadhanmu tahun ini?

Adalah pertanyaan yang mungkin muncul di penghujung bulan ini. Lalu apa yang mungkin jadi jawaban?

Masing-masing dari diri kita yang lebih tahu jawabnya. Seberapa dekat kita dengan Al Quran, berapa juz tilawah kita, berapa ayat yang berhasil kita tambahkan dalam hafalan kita? Atau berapa rakaat sholat malam yang persembahkan di malam ramadhan kita? Berapa air mata yang meleleh dalam dzikir dan doa kita? Berapa kebaikan yang berhasil kita rutinkan? Berapa keburukan yang berhasil kita tinggalkan? Adakah prestasi kita yang mampu menjadi pilar manfaat bagi banyak orang di sekitar kita?

Dan perlahan Ramadhan pun meninggalkan kita. Tak terasa, ia bergegas beranjak, kesadaran kita tertatih lalu tertinggal dalam sesal. Mengapa tak kita optimalkan ibadah kita?

Bekasi, 26 Ramadhan 1438H
Poetoe

Senin, 19 Juni 2017

Benih Ide Kebaikan

Kalimat yang baik akan menancap dalam hati secara sempurna jika dikemas dengan tepat, dan suasana juga mendukung.

Setelah tertangkap pesan kebaikan itu, kita butuh sigap mengikatnya dan menahannya dalam jeruji tekad. Dan bersegeralah membawanya dalam amalan nyata.

Karena kita tak cukup ilmu, tentang berapa waktu yang kita miliki. Menundanya bisa bermakna menaburkan benih penyesalan di kemudian hari.

Memanfaatkan sebuah ide kebaikan menjadi amal kebaikan adalah menyiram suburkan amal jariyah bagi si pemilik ide. Dan kebaikan akan tumbuh kembang dalam taman hidup kita.

Aamiin.

Masjid Al Hikmah, 25 Ramadhan 1438 H.
Poetoe

Rabu, 14 Juni 2017

Doa

Menengadah adalah meminta penuh kesungguhan
Penyerahan diri
Kesiapan menerima kucuran pemahanan
Tangan tengadah
Benak terbuka
Hati siap bergetar oleh frekuensi kebaikan dalam bentuk apapun

Dan demikianlah
Proses perebusan diri itu tanpa henti.....

Bekasi, 20 Ramadhan 1438 H
Poetoe

Percakapan itu

Percakapan itu seperti racikan menu,
ada kegelisahan, ada cinta yang disangkal, ada kerinduan yang merimba. Ada kamu, ada aku.

Berusaha saling memahami,
aku membacamu,
aku membacamu sepertiku membaca buku.

Walau di sini ada air mata tertahan,
ada perih,
ada harapan....

Juga cercaan, bahwa khawatir ini yang berharap kau berhenti.
Jangan lagi kau dendangkan perih namun tetap saja kau hampiri bilah pisau itu....
Kau menikmati luka.

Sini duduklah sebentar di sini
Biarkan senja mengguruimu
Mengajarkan tentang kehilangan
Bahwa ada keniscayaan malam yang akan meniadakannya
Senja paham itu
Mestinya kau pun begitu.

Tugu Pancoran, Juni 2017
Poetoe

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...