Senin, 08 Januari 2018

Kelakar kopi

kesetiaanku pada pahitnya kopi ternoda
sehari sudah dua gelas kopi manis kusesap
yang terakhir sengaja tak ku aduk
namun rasa kopi adalah pencemburu
tentu ia tahu, ada kecap manis berselingkuh
walau samar ia tahu

dalam gelas kopi kita berkelakar
canda yang padat makna
tentang kebaikan yang butuh ruang pembiasaan
kondisi yang memungkinkan kebenaran terulang ulang
dan perlahan kekhilaf-salahan tergeser keluar dari ruang hari

ah...

bagaimana kita paham perlahan
bahwa dosa tak nyaman kita lakukan
bahwa perlawanan hak Tuhan atas hidup adalah kekeliruan
saat terhempas terasa lepas
tiada pegangan
berharap kematian saja yang datang

dan cahaya itu yang menderang
mencerahkan betapa bodohnya
hendak lari dari kesalahan yang memang pernah kita lakukan
kenapa pula masih berharap pada manusia?
air mata kesadaran
terjaga oleh kelakar senja

hanya terus belajar kuncinya
jangan ada kesombongan
walau setitik saja kan tutupi gerbang surga untuk kita
jangan isi penuh gelas kita
hingga selalu ada ruang
saat petunjuk itu datang

demikianlah kelakar senja
menabik makna
tertampar hati
malu, terlalu lama bersembunyi
dalam topeng diri

baiklah, ini saatnya aku buka
silakan baca aku
kehangatan canda ini membuatku percaya
bahwa keindahan kita adalah pada bincang hati
tanpa sekat
tanpa basa basi
itu.

Jakarta, 08012018
Poetoe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...