perempuan itu berambut gimbal, kantung kain
bergelantungan, aroma tubuhnya busuk. anaknya 3 tahunan berjalan di
sebelahnya, sesekali berlarian mengitari ibunya
perempuan itu
mencercau di sepanjang jalan, celotehnya tentang lelaki lelaki dalam
hidupnya. nada gerutunya marah, namun kadang tertawa, bahkan terbahak
bahak
bencana memang saat luka di jiwa menganga terlalu lama akan terisi oleh perih, penuh oleh sedih yang pekat.
endapannya hanya anyir yang nestapa
terlebih
saat malam, dalam kegilaannya, ketidakmengertian yang kronis, perempuan
itu dijemput dengan mobil, dimandikan, diberi wewangian untuk lalu
dipakai. bahkan digilir ramai ramai.
kegilaan itu bertemu dengan kegilaan lain yang lebih sadis.
entah
lalu siapa yang mau bertanggung jawab, saat hamil dan melahirkan.
seorang bocah yang dalam fitrahnya terisi oleh kegilaan sejak sangat
mula. menjadi liar dan nir sopan dan santun
pada bekas hujan di tanah basah suatu senja, aku berdendang lagu pilu.
tentang hari yang muram, sangat muram.
Bekasi, 18012018
Poetoe
Jumat, 19 Januari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar