menyeruput kopi pahit pagi ini
menyesap gelisah yang wingit
menungguimu tersenyum
hingga waktu menggigit
bagaimana percaya tersusun
sedang mozaik itu terserak
satu satu
walau terseret seret
darah tercecer di sepanjang jalan
menatap matahari menancapkan
sembilu rindu
membran tembus
nyaris robek
mengakui ada irisan kenangan yang terselip
tak terlihat namun sulit terlupa
karena luka teramat dalam
di titik terakhir itu
tersimpuh terduduk
tertumpu pada lutut
maafkan aku
Jakarta, Januari 2018
Poetoe.
Senin, 08 Januari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar