Senin, 08 Januari 2018

Terbunuhnya marah

di bukit, aku memegang parang
bersitegang dengan diri
ijinku hendak aku bantai marah dalam diri
dan jelang gelap
yang tersisa hanya aku
bersama remah marah yang terkapar
di langit senja yang merah dikunyah malam

mengapa sekejam ini?

karena aku temui bahaya marah dalam denyut nadi
di sepanjang hari
serupa bakteri menguyah tubuh
membakar jiwa
menyebarkan kebencian

sebelum semua terlambat
aku tantang ia bertarung
di sini, di atas bukit
kutebas ia, hingga marah bersimbah darah
teronggok tanpa nyawa.

hari jadi benderang
terang namun tak panas lagi.

Jatibening, 09012018
Poetoe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...